membaca tanda-tanda
(Taufik Ismail)
Kita saksikan Gunung memompa abu,
Abu membawa batu,
Batu membawa lindu,
Lindu membawa longsor,
Longsor membawa air,
Air membawa banjir,
Banjir membawa air, Air Mata
November 08, 2006
July 10, 2006
kutipan puisi bulan Juni
Tuhan ku
wajah Mu membayang di kota terbakar
dan firman Mu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
anak menangis kehilangan bapak
tanah sepi kehilangan lelakinya
bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati (WS Rendra,1995)
wajah Mu membayang di kota terbakar
dan firman Mu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
anak menangis kehilangan bapak
tanah sepi kehilangan lelakinya
bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati (WS Rendra,1995)
July 08, 2006
sebab cinta
: sebab kita sengsara bila tak ada cinta
suatu pagi, aku terbangun karena ada ketukan memanggil,
"siapa?"
"cinta"
"mau apa"
"mau berkunjung, adalah tugas saya
mengunjungi setiap orang setiap pagi"
"tanpa kecuali?"
"iya"
semoga ia benar-benar jujur, kataku
"mengapa sepagi ini, lihatlah matahari masih tertidur?", aku belum benar-benar terjaga. siapa tahu cinta ini kiriman salah seorang musuhku.
"setiap pagi adalah karunia, supaya kau juga mendapatkannya. bukankah kemilau pagi matahari jarang menyapamu?"
"lalu kenapa kau baru hadir ketika suara kami habis memanggilmu? ingatlah ketika kami semua mencarimu, padahal jika kau tiba, tidak seperti ini keadaannya!"
"aku berusaha tak peduli, karena aku hanya kau pakai sebagai jimat sewaktu-waktu kau perlu. aku pula hanya onggokan tak berguna ketika kau nikmati dunia damaimu. karena akhirnya kau pun menyadari kenapa aku harus ada!"
aku,
bukan cinta di layar kaca,
bukan cinta sebatas kata,
bukan pula cinta harta apalagi kuasa.
bukan ...
7juni-01
suatu pagi, aku terbangun karena ada ketukan memanggil,
"siapa?"
"cinta"
"mau apa"
"mau berkunjung, adalah tugas saya
mengunjungi setiap orang setiap pagi"
"tanpa kecuali?"
"iya"
semoga ia benar-benar jujur, kataku
"mengapa sepagi ini, lihatlah matahari masih tertidur?", aku belum benar-benar terjaga. siapa tahu cinta ini kiriman salah seorang musuhku.
"setiap pagi adalah karunia, supaya kau juga mendapatkannya. bukankah kemilau pagi matahari jarang menyapamu?"
"lalu kenapa kau baru hadir ketika suara kami habis memanggilmu? ingatlah ketika kami semua mencarimu, padahal jika kau tiba, tidak seperti ini keadaannya!"
"aku berusaha tak peduli, karena aku hanya kau pakai sebagai jimat sewaktu-waktu kau perlu. aku pula hanya onggokan tak berguna ketika kau nikmati dunia damaimu. karena akhirnya kau pun menyadari kenapa aku harus ada!"
aku,
bukan cinta di layar kaca,
bukan cinta sebatas kata,
bukan pula cinta harta apalagi kuasa.
bukan ...
7juni-01
boneka teddy
seekor boneka teddy bear sendirian
teronggok dikelilingi kepulan
asap yang menyesakkan mata dan dada
dan air mata anak kecil
yang baru saja membelainya tadi pagi
lalu seekor boneka teddy bear sendirian
wajahnya merah
tubuhnya menghitam
dan kalungnya jatuh dikakinya,
abu
seekor boneka teddy bear
tanpa harus mengerti
peperangan dan pertumpahan darah
kini menikmati sunyi
tanpa tawa kanak
atau tangis duka
sebab semua sudah jadi luka
dp, 28201
teronggok dikelilingi kepulan
asap yang menyesakkan mata dan dada
dan air mata anak kecil
yang baru saja membelainya tadi pagi
lalu seekor boneka teddy bear sendirian
wajahnya merah
tubuhnya menghitam
dan kalungnya jatuh dikakinya,
abu
seekor boneka teddy bear
tanpa harus mengerti
peperangan dan pertumpahan darah
kini menikmati sunyi
tanpa tawa kanak
atau tangis duka
sebab semua sudah jadi luka
dp, 28201
June 24, 2006
Temaram senjakala
by: Setyo Budiantoro
temaram senjakala
muramnya peradaban
dikoyak kebencian
dirobek perang
api, darah dan air mata
jerit tangis percuma
kedengkian berkobar
amis darah tlah dilaburkan
kebiadaban atas berhala identitas
kekejaman akibat kepentingan
manusiakah itu?
setan menggelinjang kenikmatan
iblis mereguk orgasme
laknat! laknat!! laknat!!!
oh dimanakah Tuhan?
aduh, apa perlunya kau tanyakan?
21 april’03
temaram senjakala
muramnya peradaban
dikoyak kebencian
dirobek perang
api, darah dan air mata
jerit tangis percuma
kedengkian berkobar
amis darah tlah dilaburkan
kebiadaban atas berhala identitas
kekejaman akibat kepentingan
manusiakah itu?
setan menggelinjang kenikmatan
iblis mereguk orgasme
laknat! laknat!! laknat!!!
oh dimanakah Tuhan?
aduh, apa perlunya kau tanyakan?
21 april’03
June 09, 2006
kutipan puisi bulan Mei
May 27, 2006
black sabbath
adakah tuhan sungguh murka pada hari sabtu?
ketika kaum musa diperintahkan diam
tetapi mereka memilih mencari ikan
lalu kerakusan membuat mereka menjadi kera
adakah tuhan sungguh murka pada hari sabtu?
gempa bumi, tsunami, gempa bumi
datang silih berganti
apa bangsa ini layak diberi sangsi?
bulan semakin tua,
tapi duka belum juga reda
27/5
another black sabbath in jogya
ketika kaum musa diperintahkan diam
tetapi mereka memilih mencari ikan
lalu kerakusan membuat mereka menjadi kera
adakah tuhan sungguh murka pada hari sabtu?
gempa bumi, tsunami, gempa bumi
datang silih berganti
apa bangsa ini layak diberi sangsi?
bulan semakin tua,
tapi duka belum juga reda
27/5
another black sabbath in jogya
May 13, 2006
Dua Titik Air Hujan
by: Wawan Haryanto
Meski dulu kita
tak bersama dalam satu awan
mungkin tak pula terniat
tuk bersama arungi sungai
dua titik air
belum jauh dari hulu
moga jernihnya nanti tetap terjaga
hingga hapuskan dahaga
tiap insan peminumnya
atau biar saja terbawa
hingga laut menampung kita
meski mungkin anak sungai
yang kita lalui
dalam cabang yang tak sama
namun kenanglah perjalanan singkat ini
tentu kita kan sampai
walau bisa saja dalam rasa berbeda
Meski dulu kita
tak bersama dalam satu awan
mungkin tak pula terniat
tuk bersama arungi sungai
dua titik air
belum jauh dari hulu
moga jernihnya nanti tetap terjaga
hingga hapuskan dahaga
tiap insan peminumnya
atau biar saja terbawa
hingga laut menampung kita
meski mungkin anak sungai
yang kita lalui
dalam cabang yang tak sama
namun kenanglah perjalanan singkat ini
tentu kita kan sampai
walau bisa saja dalam rasa berbeda
April 26, 2006
kutipan puisi bulan April
April 23, 2006
Kay
by Wenda Hari
Lord Navare...
Mimpi-mimpiku terbanting disini
Sekali lagi
maut berkisaran diwajah-wajah kalah
Kemiskinan, O..kegelapan
Anggur, bunga-bunga, perempuan, wahai
menjelajah keruang mabuk ini
Mengalirlah bersamaku disungai-sungai hitam ...
Berdekapan kita.. dan Mabuklah !
Jatinangor. 1995
di Gunung Manglayang
sejarahnya puisi ini:
tuh U-Camp (tau kan elo), kemping bareng goe terus pas masuk kesebuah
desa di Jatinangor, kita semua cengo ama perikehidupan tuh desa yang
serba sederhana..saking miskinnya......ada upacara kematian yang
anehnya disana gak ada yang sedih atau duka karena pemandangan seperti
ini udah jadi kejadian sehari-hari.....sehingga mereka beranggapan
jika mereka menuruti kesedihan mereka ...mereka akan jauh sangat
miskin dan hina...lalu ..bagaimana mereka akan hidup?.....nah bocah
kecil Kay yang ditinggal kedua orang yang dikasihinnya jadi inspirasi
goe ama U-Camp buat bikin ni puisi.
Lord Navare...
Mimpi-mimpiku terbanting disini
Sekali lagi
maut berkisaran diwajah-wajah kalah
Kemiskinan, O..kegelapan
Anggur, bunga-bunga, perempuan, wahai
menjelajah keruang mabuk ini
Mengalirlah bersamaku disungai-sungai hitam ...
Berdekapan kita.. dan Mabuklah !
Jatinangor. 1995
di Gunung Manglayang
sejarahnya puisi ini:
tuh U-Camp (tau kan elo), kemping bareng goe terus pas masuk kesebuah
desa di Jatinangor, kita semua cengo ama perikehidupan tuh desa yang
serba sederhana..saking miskinnya......ada upacara kematian yang
anehnya disana gak ada yang sedih atau duka karena pemandangan seperti
ini udah jadi kejadian sehari-hari.....sehingga mereka beranggapan
jika mereka menuruti kesedihan mereka ...mereka akan jauh sangat
miskin dan hina...lalu ..bagaimana mereka akan hidup?.....nah bocah
kecil Kay yang ditinggal kedua orang yang dikasihinnya jadi inspirasi
goe ama U-Camp buat bikin ni puisi.
April 14, 2006
April 06, 2006
angin musim gugur
angin barat daya meniup dedaunan perlahan
seperti ibu menepuk punggung anaknya
menjaganya dari hempasan ke atas tanah
membiarkannya tertidur sekian lama
sampai datang kabut dan awan putih
angin barat daya bertiup ke tenggara
bisakah ia menyampaikan pesan ini?
ada yang luka menanti
menggali makna menempa hati
sebentar lagi angin dingin tiba dari utara
sepantik api terasa begitu jauh
seperti ibu menepuk punggung anaknya
menjaganya dari hempasan ke atas tanah
membiarkannya tertidur sekian lama
sampai datang kabut dan awan putih
angin barat daya bertiup ke tenggara
bisakah ia menyampaikan pesan ini?
ada yang luka menanti
menggali makna menempa hati
sebentar lagi angin dingin tiba dari utara
sepantik api terasa begitu jauh
@gondelstraat31
April 04, 2006
Kerinduan
by: Setyo Budiantoro *)
pada malam ketika rembulan mengikat janji bintang
ijinkan kutanam mawarmu di taman mimpi
di lembah cinta yang dibingkai pelangi
esok ketika kau terjaga
ceritakan padaku tentang taman bunga kita
tentang dua hati yang lebur jadi satu
tentang matahari keabadian yang merangkak perlahan
tentang kerinduan yang terus menggelora
tentang cinta yang tanpa jeda
tentang sejuta kupu-kupu kerinduan
gelora cinta bagai ombak mencium pantai
tiada kenal lelah mereka berpagutan
tapi kasihku
kerinduan ini rasanya mencekik jiwa
aku lelah mencumbui perihnya kerinduan
ingin kutelan waktu
agar aku bisa segera membelai wajahmu
membiarkanmu bersandar di bahuku
berbagi kegelisahan dan keresahan
mengurai beban yang menggantung
merasai detak jantungmu
ingin kubisikkan pelan ke telingamu
puisi indah tentang kehidupan
kebahagiaan yang ingin kita rengkuh
tentang cita-cita dan harapan
tentang indahnya salju keabadian
tentang hangatnya mentari yang merekah
ah kasihku
betapa aku tak bisa berhenti mencintaimu
*) seorang sahabat yang sedang mencari cinta
April 01, 2006
senja berlayar
tiga
ketika perempuan disapa pelangi
kumbang dan bunga duduk menahan rindu
hanya ada suara lalu ditelan deru
ketika perempuan ditemani mendung
mungkin sebentar lagi hujan
sebab sekarang kita rindu langit yang biru
sama halnya belai tanganmu pada rambutku
dan ucap mesra yang menerbitkan damai
ketika perempuan berkawan matahari
bersama-sama kita mengeja sahabat
-© 30/4/00
kumbang dan bunga duduk menahan rindu
hanya ada suara lalu ditelan deru
ketika perempuan ditemani mendung
mungkin sebentar lagi hujan
sebab sekarang kita rindu langit yang biru
sama halnya belai tanganmu pada rambutku
dan ucap mesra yang menerbitkan damai
ketika perempuan berkawan matahari
bersama-sama kita mengeja sahabat
-© 30/4/00
March 31, 2006
where the sun is...
pine tree sticks running out to dry
like an old weak hand, try to grasping falling leaves
left a period of happiness, joy of meaning
where the sun is never ending blessing
like an old weak hand, try to grasping falling leaves
left a period of happiness, joy of meaning
where the sun is never ending blessing
northwest cold breeze
a northwest cold breeze blows leaves
taking care of it from swift landing
a mother claps lightly her child back
letting her falling asleep until comes white clouds
a northwest cold breeze blows to south
could it mail these messages?
wounds are waiting
as soon as it arrives from northwest
i feel flame will be so far
taking care of it from swift landing
a mother claps lightly her child back
letting her falling asleep until comes white clouds
a northwest cold breeze blows to south
could it mail these messages?
wounds are waiting
as soon as it arrives from northwest
i feel flame will be so far
March 28, 2006
Kisah Ojek Payung
dalam terang
dia adalah anak matahari
bermain; bercanda;
berlarian; menangis; tertawa
derai tawa tetap menggema
walau langit gelap
kelabu kemudian menangis
diantara kecipak air dalam tangis tawa
debu-debu basah
berteriak menjajakan payungnya
demi rupiah
senyum kanak-kanak milik mereka
tersapu rerintikan
yang terbayang
berlembar rupiah di saku
dan belaian ibu menanti pulang
dia berlari kembali
ketika matahari menampakkan diri
menjadikan mereka anak-anak matahari
Halte UI
141297
4.30
dia adalah anak matahari
bermain; bercanda;
berlarian; menangis; tertawa
derai tawa tetap menggema
walau langit gelap
kelabu kemudian menangis
diantara kecipak air dalam tangis tawa
debu-debu basah
berteriak menjajakan payungnya
demi rupiah
senyum kanak-kanak milik mereka
tersapu rerintikan
yang terbayang
berlembar rupiah di saku
dan belaian ibu menanti pulang
dia berlari kembali
ketika matahari menampakkan diri
menjadikan mereka anak-anak matahari
Halte UI
141297
4.30
Suatu senja di Stasiun
mengamati besi yang berderak
sungguh asyik, kawan
besi adalah naga tidur
presidenpun tak bisa menghentikan
disisi stasiun, lalu lalang manusia
bagai semut mencari sarang
terbaca rupa gelisah;
resah;
tertawa;
kosong
:)
mobil-mobil tiup asap
yang menghitam
ditambah hutanku yang memerah
hingga buat pejabat memerah
negeri jiran juga ikut-ikutan merah
ahhh.........
Jakarta,...
seribu mimpi dalam seribu malam
dan seribu siang
disini siang seperti malam
lalu lalang manusia menapak jalan
menyongsong tergelincirnya siang
memungut makan di pelataran mal dan diskotik
malam bertambah suram
manusia sudah lelap
tapi masih ada yang berkeringat
di dingin malam
aku kembali disini
terbawa derak roda
dan lengkingan pluit
stasiun.....
labkom, 241197
sungguh asyik, kawan
besi adalah naga tidur
presidenpun tak bisa menghentikan
disisi stasiun, lalu lalang manusia
bagai semut mencari sarang
terbaca rupa gelisah;
resah;
tertawa;
kosong
:)
mobil-mobil tiup asap
yang menghitam
ditambah hutanku yang memerah
hingga buat pejabat memerah
negeri jiran juga ikut-ikutan merah
ahhh.........
Jakarta,...
seribu mimpi dalam seribu malam
dan seribu siang
disini siang seperti malam
lalu lalang manusia menapak jalan
menyongsong tergelincirnya siang
memungut makan di pelataran mal dan diskotik
malam bertambah suram
manusia sudah lelap
tapi masih ada yang berkeringat
di dingin malam
aku kembali disini
terbawa derak roda
dan lengkingan pluit
stasiun.....
labkom, 241197
perjalanan
perjalanan harus temukan ujung aspal
saat gelisah menjadi sampah
perang jadikan harapan dan kehancuran
retak hati ketika harus memihak
harapan terbang tinggalkan diri
kehancuran menanti ragu
kembang malam sambut fajar
tengok hari dengan senyuman
di tepi angan hasrat ingin kupetik
kembang malam torehkan ragu
perjalanan temukan penantiannya
21.30
13jun 98
saat gelisah menjadi sampah
perang jadikan harapan dan kehancuran
retak hati ketika harus memihak
harapan terbang tinggalkan diri
kehancuran menanti ragu
kembang malam sambut fajar
tengok hari dengan senyuman
di tepi angan hasrat ingin kupetik
kembang malam torehkan ragu
perjalanan temukan penantiannya
21.30
13jun 98
kepada seseorang
jumpa kita ditengah samudra
pada sebuah kapal "irCa"
suara kita dihempas gelombang
sukma kita diterbang camar
walau tak berjumpa mata
minggu 5798
pada sebuah kapal "irCa"
suara kita dihempas gelombang
sukma kita diterbang camar
walau tak berjumpa mata
minggu 5798
seribu lima wajah
seribu wajah
di trotoar dan lampu merah
terbaca berbagai rasa
seribu wajah
di stasiun dan terminal
siratkan beragam luka
seribu wajah
di emper dan jalanan
ungkap bermacam derita
seribu wajah di pawai keramaian
curahkan suka
seribu wajah dalam lelap
diam...
terbang pada mimpi dan angan
senjautama 1 254
di trotoar dan lampu merah
terbaca berbagai rasa
seribu wajah
di stasiun dan terminal
siratkan beragam luka
seribu wajah
di emper dan jalanan
ungkap bermacam derita
seribu wajah di pawai keramaian
curahkan suka
seribu wajah dalam lelap
diam...
terbang pada mimpi dan angan
senjautama 1 254
kopi dan roti bakar
lalu kita di tengah hujan
di tengah banyak kepala
sembari secangkir kopi dan roti bakar
arungi waktu
tenggelamkan matahari
terbayang tubuh wajah
mimpiku
duduk disini denganmu
nikmati sajian sang alam
secangkir kopi
dan roti bakar
kafe 23 4
15.55
di tengah banyak kepala
sembari secangkir kopi dan roti bakar
arungi waktu
tenggelamkan matahari
terbayang tubuh wajah
mimpiku
duduk disini denganmu
nikmati sajian sang alam
secangkir kopi
dan roti bakar
kafe 23 4
15.55
sekarang tigapuluh dua
bendera setengah tiang mulai di tegakkan angin
roda tinggalkan jejak sejarah
kini teronggok terperosok di selokan
manusia-manusia kebingungan
beterbangan pungut remah-remah pembangunan
inikah yang kau sebut pembangunan?
orang beratus asyik menjarah toko-toko
wajah orang beribu letih kehilangan pekerjaan
berjuta lagi tinggal di bantaran kali
orang pintar berebut tulang kuasa
orang papa tercekik harga sembako
kaum berpunya makan malam di cafe
orang pinggiran tidur makan di pinggir jalan
inilah tigapuluh dua tahun
konglomerat perlahan sekarat
raja nanggalkan peci
rupiah teronggok tak bernyawa
minyak goreng tenggelamkan rakyat
inikah tigapuluh dua tahun??? ??
30798-11.15p
roda tinggalkan jejak sejarah
kini teronggok terperosok di selokan
manusia-manusia kebingungan
beterbangan pungut remah-remah pembangunan
inikah yang kau sebut pembangunan?
orang beratus asyik menjarah toko-toko
wajah orang beribu letih kehilangan pekerjaan
berjuta lagi tinggal di bantaran kali
orang pintar berebut tulang kuasa
orang papa tercekik harga sembako
kaum berpunya makan malam di cafe
orang pinggiran tidur makan di pinggir jalan
inilah tigapuluh dua tahun
konglomerat perlahan sekarat
raja nanggalkan peci
rupiah teronggok tak bernyawa
minyak goreng tenggelamkan rakyat
inikah tigapuluh dua tahun??? ??
30798-11.15p
dua puluh satu
ketika jatuh tanggal dua puluh satu
yang berkuasa menjadi rakyat jelata
wakil penguasa mempunyai kuasa
punggawa raja kehilangan raga
para pengamat menjadi tambah semangat
gedung yang dipakai wakil rakyat rapat
diminta kembali oleh rakyat
penjagaan aparat diperketat
menjelang fajar dua puluh terbit
dua puluh satu kemerdekaan rakyat
gedung rakyat tempat pasar tontonan rakyat
para aparat menjadi foto model
abdi cilik ketumpahan rezeki
sebagian pejabat jadi penjahat
sebagian lagi menjadi pelawak
lainnya jadi rakyat kembali
gedung rakyat tiba-tiba merakyat
hidup rakyat!!!
pesta rakyat didukung rakyat dermawan
datang dengan berbagai dukungan
tunas bangsa merasa nyaman
menuntut perbaikan
sekali lagi hidup rakyat!!!
pesta rakyat milik rakyat
tapi kita belum tamat
tarus tuntut perbaikan
hingga usai zaman
sekali lagi hidup rakyat!!!
hidup rakyat!!!
21/20598
1/4 sudirman
18.30-15.10pm
yang berkuasa menjadi rakyat jelata
wakil penguasa mempunyai kuasa
punggawa raja kehilangan raga
para pengamat menjadi tambah semangat
gedung yang dipakai wakil rakyat rapat
diminta kembali oleh rakyat
penjagaan aparat diperketat
menjelang fajar dua puluh terbit
dua puluh satu kemerdekaan rakyat
gedung rakyat tempat pasar tontonan rakyat
para aparat menjadi foto model
abdi cilik ketumpahan rezeki
sebagian pejabat jadi penjahat
sebagian lagi menjadi pelawak
lainnya jadi rakyat kembali
gedung rakyat tiba-tiba merakyat
hidup rakyat!!!
pesta rakyat didukung rakyat dermawan
datang dengan berbagai dukungan
tunas bangsa merasa nyaman
menuntut perbaikan
sekali lagi hidup rakyat!!!
pesta rakyat milik rakyat
tapi kita belum tamat
tarus tuntut perbaikan
hingga usai zaman
sekali lagi hidup rakyat!!!
hidup rakyat!!!
21/20598
1/4 sudirman
18.30-15.10pm
benang kusut
marilah menghormat kepala
beri kita berpikir
marilah menghormat hati
jadikan bungker sembunyi
marilah menghormat mulut
luapan kemunafikan diri
marilah mrnginjak kepala
berpikir tidak berpikir tidak
marilah merobek hati
benteng terakhir jatuh
marilah menutup mulut
kata terakhir tak berucap
kepala hati dan mulut
sembunyi ketakutan keangkuhan
nutup borok berkarat
ya... Penguasa Alam
aku semakin berat berkarat
10.50-7698
beri kita berpikir
marilah menghormat hati
jadikan bungker sembunyi
marilah menghormat mulut
luapan kemunafikan diri
marilah mrnginjak kepala
berpikir tidak berpikir tidak
marilah merobek hati
benteng terakhir jatuh
marilah menutup mulut
kata terakhir tak berucap
kepala hati dan mulut
sembunyi ketakutan keangkuhan
nutup borok berkarat
ya... Penguasa Alam
aku semakin berat berkarat
10.50-7698
Hasrat cinta
rasa itu bukan lagi milik kaummu
kaum yang lemah lembut, penuh rasa
yang tercipta tuk berdampingan dengan kami
rasa itu bukan milik sebagian alam
manusia; binatang; pepohonan; sekitar kita
pun punya rasa
rasa itu ada dimana saja
duduk; berbaring; diam; bicara
pantai; gunung; sampai kolong jembatan yang gelap
tak seorang pun terhindar
rasa itu bersemi kapan saja
malam; pagi; siang
tanpa kenal waktu
datang pergi sesukanya
bagai titanic yang lama terkubur
di dasar atlantik yang dingin
kala rasa itu mulai menjerat menyesakkan dada
aku paksa teriak sekeras-kerasnya
"aku masih cinta"
I never forget u, feb 98
Before v's day
kaum yang lemah lembut, penuh rasa
yang tercipta tuk berdampingan dengan kami
rasa itu bukan milik sebagian alam
manusia; binatang; pepohonan; sekitar kita
pun punya rasa
rasa itu ada dimana saja
duduk; berbaring; diam; bicara
pantai; gunung; sampai kolong jembatan yang gelap
tak seorang pun terhindar
rasa itu bersemi kapan saja
malam; pagi; siang
tanpa kenal waktu
datang pergi sesukanya
bagai titanic yang lama terkubur
di dasar atlantik yang dingin
kala rasa itu mulai menjerat menyesakkan dada
aku paksa teriak sekeras-kerasnya
"aku masih cinta"
I never forget u, feb 98
Before v's day
dunia baru
awan yg memerah
langit yg tak lagi biru
bumi tak lagi hening
dunia baru lahir
bersama pekikan, teriakan, makian
membara terus membara
dunia lama habis tergusur
oleh semut yang membangun istana megahnya
kasihan istana yang telah megah dibangun
akhirnyapun rata dengan tanah
hanya karena tiupan segulung angin lalu
kursinya makin terjerat
dalam jala yang bukan untuknya
kini diapun memudar tersapu angin lalu
dunia baru lahir
sambil mengusung yang mati ke liang kubur
penuh pekikan, teriakan,makian
"dunia baru lahir"
teriak mereka bersama-sama
5398
11.50
menjelang mid night
langit yg tak lagi biru
bumi tak lagi hening
dunia baru lahir
bersama pekikan, teriakan, makian
membara terus membara
dunia lama habis tergusur
oleh semut yang membangun istana megahnya
kasihan istana yang telah megah dibangun
akhirnyapun rata dengan tanah
hanya karena tiupan segulung angin lalu
kursinya makin terjerat
dalam jala yang bukan untuknya
kini diapun memudar tersapu angin lalu
dunia baru lahir
sambil mengusung yang mati ke liang kubur
penuh pekikan, teriakan,makian
"dunia baru lahir"
teriak mereka bersama-sama
5398
11.50
menjelang mid night
mimpi kita
:mimpi yang hadir hanya untukmu
hujan tadi basahi
kemarau tak kunjung berakhir
ajak anganku pergi
pada suatu tempat ke suatu waktu
percik air diletih wajah
hembus pergi deraan duka
lalu kita bermimpi:
ada yang memaksa kita bangun
berlari diantara asap kota
membunuh waktu di ruang ac
duduk disini demikian nikmat
pandang biru langit
berteman sepi
mendekap sunyi
lalu kita pun bermimpi
5498
12.25 a.m
hujan tadi basahi
kemarau tak kunjung berakhir
ajak anganku pergi
pada suatu tempat ke suatu waktu
percik air diletih wajah
hembus pergi deraan duka
lalu kita bermimpi:
ada yang memaksa kita bangun
berlari diantara asap kota
membunuh waktu di ruang ac
duduk disini demikian nikmat
pandang biru langit
berteman sepi
mendekap sunyi
lalu kita pun bermimpi
5498
12.25 a.m
Tragedi bunga putih
ketika bunga ini kusentuh. hangat jarimu menyambut. saat kurenggut, durinya lelehkan darah dari tanganku. getir... perih...meradang. Kuingin jaga kembang ini dari kumbang, kataku padamu. Kau pegang kembang putih itu sambil menggeleng. kau tetap jaga kembang itu hingga ku pun tak mampu menyentuh dan rasakan lembut jarimu lagi.
10.??
sk accoustic music
11398
10.??
sk accoustic music
11398
March 26, 2006
kedua (anyer)
kau tahu ?
laut itu menyimpan seribu gelombang
seperti kita bermain buih-buih
ditepian istana pasir
dan perahu yang mengisi hari-harinya
sementara kehidupan tetap melaju
bagai jam yang menyalami angka-angka
kalau saja datang
seperti juga pergi
meneguk umur-umur manusia
jika waktu tidak mengalir
jangan pergi !
sebab telah kututup sebagian pintu hatiku
selain itu hanya lewat
dan mengucapkan salam
01.25
16-6-99
March 25, 2006
hujan sore
hujan kali ini
basahi apa-apa yang diatas hati dan di bawahnya
api yang pernah tersimpan
dalam batu-batu
di hati manusia
padam sudah
hanya bara tertinggal asap mengepul dari ubun
hujan redakan
teriakan dari ujung jalan
makian dari ujung lainnya
tapi bara masih ada
lawan hujan tak seberapa
1998
basahi apa-apa yang diatas hati dan di bawahnya
api yang pernah tersimpan
dalam batu-batu
di hati manusia
padam sudah
hanya bara tertinggal asap mengepul dari ubun
hujan redakan
teriakan dari ujung jalan
makian dari ujung lainnya
tapi bara masih ada
lawan hujan tak seberapa
1998
Subscribe to:
Posts (Atom)